Ist das unser Schicksal...
  |   Reading time: 2 minute(s).
… oder unser Wille?
Kalimat di atas adalah potongan lirik dari lagu Bauklötze, yang merupakan soundtrack dari Shingeki no Kyojin (SNK). Artinya kurang lebih “apakah ini takdir kita… atau kehendak kita?”. SNK ini benar-benar kental aura pertentangan takdir vs. kehendak, seperti lirik lagu di atas. Saya masih sangat terkesan dengan adegan Eren dan skuad Levi saat dikejar female titan di dalam hutan (lagu Bauklötze juga diputar di adegan ini). Di adegan tersebut, Eren punya 2 pilihan:
- Berubah menjadi titan dan melawan female titan, atau
- Tidak berubah dan percaya dengan skuad Levi.
Eren memilih opsi nomor 2, sebuah kehendak yang ia sesali dan harus dibayar dengan kematian skuad Levi dan banyak anggota Chosa Heidan lainnya. Tapi apakah kalau Eren memilih opsi nomor 1, hasil akhirnya akan menjadi lebih baik? Belum tentu juga. Bisa jadi lebih baik, bisa jadi lebih buruk. Kita tidak akan pernah tahu hasil dari apapun sampai kita melakukannya. Saya suka dengan omongan levi bahwa dia pun tidak tahu apa yang dia lakukan. Pertanyaannya sekarang adalah: apakah kematian skuad Levi disebabkan oleh kehendak Eren atau sudah menjadi takdir mereka untuk mati?
Jika ditarik ke dunia nyata, apakah hidup ini bergantung pada kehendak kita? Kita sebagai manusia masih punya daya untuk menciptakan jalan hidup kita sendiri, terlepas dari apakah keputusan yang diambil benar atau salah. Atau semua ini sudah ditakdirkan dan kita tidak bisa berbuat apa-apa selain menerimanya?
Jujur saja, bagi saya hidup ini bergantung pada kehendak kita masing-masing. Kita bertanggung jawab terhadap hidup kita sendiri. Namun, karena manusia tidak hidup sendiri, kehendak tiap orang dapat mempengaruhi hidup orang lain. Bagi saya, takdir itu cuma kebetulan yang terjadi karena keterbatasan panca indra kita dalam membaca lingkungan sekitar. Sering kita mendapatkan kebetulan yang membuat kita senang, sering pula kita mendapat kebetulan yang tidak mengenakkan.
Bagaimana dengan fenomena alam? Apakah jika besok terjadi gempa yang memakan banyak korban, itu sudah menjadi takdir? Menurut saya itu bukan takdir dan saya lebih suka menyebutnya sebagai kehendak alam. Kehendak alam ini berhubungan erat dengan sains dan karena keterbatasan panca indra (dan teknologi), banyak yang tidak bisa kita prediksi. Sama halnya saat kita tidak bisa memprediksi perilaku/kehendak orang lain.
Terlepas dari mana yang kalian percayai – hidup ini bergantung kehendak kita ataupun takdir – lagu Bauklötze sudah memberi tahu kita apa yang harus dilakukan:
Wir werden kämpfen, bis dieser heiße Wind unsere Flügel nimmt.
RM