Riz Maulana

Kilas Balik 2024

  |   Reading time: 4 minute(s).


Tepat satu tahun yang lalu, saya terbang ke Belanda untuk memulai bab hidup baru sebagai mahasiswa S3. Meskipun saya pernah tinggal di Taiwan, memulai hidup di negara baru selalu menantang. Saya harus beradaptasi dengan iklim di Belanda yang dingin dan berangin, terutama di beberapa bulan pertama karena saya tiba di musim dingin. Selain iklim, saya juga harus menyesuaikan diri dengan budaya lokal. Sebelum sampai, saya sudah mempersiapkan mental untuk menghadapi budaya yang sangat direct dan tanpa basa-basi, khususnya di lingkungan akademik yang mana orang Belanda sangat kritis terhadap suatu topik, yang bagi orang timur mungkin akan dianggap agresif. Saya sudah siap menghadapi itu semua sebelum datang, dan sejauh ini saya bisa handle cukup baik tanpa baper. Yang susah bagi saya justru adalah menjadi lebih independen terhadap pekerjaan saya sendiri. Bagi saya yang terbiasa hidup di lingkungan yang mengikuti hierarki dan perintah atasan, menjadi independen ini cukup sulit. Saya punya beberapa ide yang cukup baru dan belum banyak dieksplorasi sebagai topik riset S3. Saya harus bertanggung jawab untuk mengembangkan ide tersebut secara independen dengan sumber referensi yang masih terserak-serak atau tidak banyak. Kolega dan professor saya pastinya siap membantu, tapi sebelum itu saya harus punya bahan diskusi yang bisa dibahas bersama mereka. Topik bahan diskusi ini yang kadang cukup sulit karena di satu sisi saya butuh waktu yang agak lama untuk mengumpulkan referensi, di sisi lain topik diskusi juga harus memuat progres dari riset saya. Jujur saya cukup keteteran satu tahun belakang ini. Namun untungnya saya bisa lewati. Selain itu kolega-kolega saya sangat baik dan suportif yang tentunya sangat membantu proses adaptasi.

Di bulan ke-9 studi, mahasiswa S3 di Belanda diwajibkan untuk mengikuti ujian qualifier. Ringkasnya, qualifier ini mirip seperti seminar proposal yang menjabarkan rencana riset ke depan. Qualifier ini juga jadi penentu apakah mahasiswa S3 dapat melanjutkan studi atau tidak. Jika rencana risetnya tidak matang dan tidak dapat meyakinkan para penguji, maka kontrak studi bisa diputus. Jadi sembilan bulan pertama ini mirip seperti masa probasi yang dipakai untuk survei literatur, mencari research gaps, dan memformulasikan research questions. Lalu semua itu dijabarkan di qualifier dan ada sesi tanya jawab dengan para penguji. Akhir oktober kemarin adalah ujian qualifier saya, dan untungnya saya lulus. Setelah qualifier, saya harus mengeksekusi rencana yang sudah saya buat dan harapannya bisa menghasilkan disertasi sebelum kontrak selesai.

Saya beruntung mahasiswa S3 di Belanda dianggap sebagai pekerja yang memiliki hak yang sama dengan pekerja biasa seperti hak cuti dan gaji. Dengan jatah cuti dan gaji yang cukup, saya menyempatkan diri untuk pulang ke Indonesia. Memang sudah direncanakan dari awal tahun, bahwa saya harus fokus dengan qualifier dulu, setelah itu ambil cuti untuk pulang. Kesempatan ini saya pakai untuk solo trip ke Ambon dan Banda Neira. Selama seminggu di Maluku saya cukup puas meskipun harus keluar uang lumayan banyak. Pulaunya indah, lautnya bening, orang-orangnya ramah, dan makanannya enak-enak. Masakan ikan di sana enak-enak, berbeda dengan masakan ikan di Jawa. Jujur, selama di Maluku saya baru berani makan ikan tongkol karena tidak bikin muntah (pas kecil saya pernah coba ikan tongkol di Jawa tapi selalu muntah karena baunya). Saya beruntung saat di sana cuaca sangat bagus dan arus lautnya tenang. Meskipun sedang musim hujan, tapi hujannya selalu di malam hari. Jadi, di siang hari saya bisa keliling pulau-pulau dan snorkeling. Ada niatan untuk naik ke Gunung Api Banda, sayangnya saat itu statusnya waspada dan ada larangan naik gunung.

Tahun depan saya akan mulai fokus dengan riset saya. Target publikasi tahun depan sudah ditetapkan dan harapannya bisa dicapai. Selain itu juga sudah ada rencana mau ke mana untuk cuti tahun, tapi masih belum fixed. Lalu soal asmara masih belum bisa berkomentar banyak. Sepertinya menjadi mahasiswa S3 di negeri yang jauh dari Indonesia ini membuat dating pool saya makin mengecil (bukan berarti saya sering nge-date), yang mulai bikin was-was mengingat tahun depan mulai masuk umur kepala tiga. Anyway, let’s see how things go next year.

Cheers

RM

#tulisan-bebas