Kerberos
  |   Reading time: 3 minute(s).
Seekor anjing tinggal sendirian di hutan. Tepatnya di sebuah gua yang tidak terlalu dalam tapi cukup gelap karena tidak banyak cahaya yang bisa menembus masuk ke dalam gua.
Anjing itu berkepala tiga. Orang-orang sudah tahu tentang adanya anjing aneh tersebut di dalam hutan. Dan kebanyakan dari mereka takut karena penampilannya. Padahal anjing itu tidak berbahaya selama tidak diganggu. Tiap kepala anjing itu punya kepribadian masing-masing, tapi kepribadian mereka sering berubah-ubah dan tidak pasti. Yang jelas, tiap kepala punya ego masing-masing dan mementingkan kemauan mereka sendiri. Dan semua aktivitas yang dilakukan anjing itu harus mendapat persetujuan dari semua kepala. Jika salah kepala tidak mau, maka tidak dilakukan atau paling tidak ditunda. Contohnya, saat anjing itu merasa lapar tapi salah satu kepala tidak merasa lapar, maka ketiga kepala itu tidak akan makan. Bicara soal makanan, belakangan ini sangat sulit mencari makan di hutan tempat ia tinggal. Ia harus berkeliling lebih jauh agar dapat makanan.
Suatu hari saat sedang mencari makan, ia tiba di sebuah persimpangan berbentuk huruf Y di tengah hutan. Kanan kiri rimbun semak belukar dan pepohonan. Hanya bisa lewat kedua jalan di depan atau balik kanan. Anjing itu terhenti di situ karena ketiga kepalanya berbeda pendapat harus ambil jalan yang mana.
Kepala pertama ingin ambil jalan ke kanan. Ia punya indera penciuman paling tajam di antara ketiga kepala (dan karena itu sering berlagak sebagai pemimpin namun seringkali gagal membujuk kepala lain). Di jalur kanan ia mencium bau manusia. Berdasarkan pengalaman di hutan, di mana ada bau manusia maka kemungkinan besar ada makanan di sekitarnya. Mengingat kondisi susah cari makan saat ini, ia ingin ke kanan mengikuti bau manusia, meskipun sejauh ini ia selalu coba untuk menghindari mereka.
Kepala kedua skeptis dengan pendapat kepala pertama. Ia tidak punya indera penciuman yang bagus sehingga tidak percaya kepala pertama. Bahkan ia skeptis pada semua hal yang tidak bisa ia buktikan sendiri. Skeptisisme ini sering merepotkan kepala lainnya. Namun tidak dipungkiri bahwa karena skeptisisme ini, kepala kedua sudah beberapa kali menyelamatkan nyawa si anjing dari berbagai bahaya seperti perangkap dan pemburu. Karena ia tidak tahu bau manusia di jalur kanan berasal dari manusia jahat atau baik, dan ia tidak mau balik kanan karena sudah tahu tidak ada makanan di belakang, maka ia memilih jalur kiri.
Kepala ketiga takut untuk memilih jalan di depan. Ia tidak nyaman saat dihadapkan dengan banyak pilihan. Ia lebih memilih balik kanan pulang ke gua meskipun belum mendapat makanan. Toh masih ada hari esok. Barangkali esok hari tiba-tiba ada makanan di depan gua. Tak ada yang lebih nikmat saat menemukan makanan tergeletak di depan gua.
Ketiga kepala anjing itu berdebat sengit sepertinya yang sudah sering terjadi. Dan kabarnya mereka masih berdebat sampai sekarang. Entah sampai kapan mereka akan berhenti.
RM